Rumput odot kini banyak dilirik peternak di berbagai daerah karena pertumbuhannya cepat, kandungan nutrisinya tinggi, dan mudah dibudidayakan tanpa teknologi rumit. Tidak hanya itu, sifatnya yang adaptif terhadap berbagai kondisi lahan menjadikan tanaman ini unggul dibanding jenis rumput gajah biasa.
Artikel ini akan membahas secara ilmiah dan populer tentang potensi rumput odot—mulai dari asal-usul, kandungan gizi, teknik budidaya, hingga peluang ekonominya bagi peternak Indonesia.
Klasifikasi dan Asal-Usul Rumput Odot
Rumput odot merupakan varietas kerdil dari rumput gajah (Pennisetum purpureum), yang dikenal dengan sebutan Napier grass di berbagai literatur. Varietas odot sendiri dikembangkan oleh United States Department of Agriculture (USDA) di Filipina sebagai hasil seleksi dari varietas Mott. Nama “odot” konon berasal dari bunyi panggilan lokal petani yang menanamnya pertama kali di daerah tertentu.Secara morfologi, rumput odot memiliki ciri batang pendek dan padat, tinggi tanaman berkisar antara 80 hingga 120 cm, dengan daun lembut berwarna hijau segar. Batangnya lebih gemuk dan lebih lunak dibanding rumput gajah biasa, sehingga mudah dikonsumsi ternak bahkan tanpa proses pencacahan panjang. Rumput ini juga memiliki sistem perakaran kuat dan cepat menyebar, sehingga cocok dijadikan sumber hijauan intensif.
Dibandingkan dengan rumput gajah konvensional yang bisa mencapai tinggi dua hingga tiga meter, rumput odot jauh lebih pendek tetapi justru memiliki kepadatan daun dan biomassa yang lebih tinggi per satuan luas. Hal ini menjadikannya favorit di kalangan peternak kambing, domba, dan sapi perah.
Kandungan Nutrisi dan Nilai Gizi
Salah satu keunggulan utama rumput odot adalah nilai gizinya yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis laboratorium dari beberapa lembaga penelitian peternakan, rumput odot mengandung:- Protein kasar: 12–14%
- Serat kasar: 26–30%
- Lemak kasar: sekitar 3%
- Abu: ±10%
- Energi metabolisme: ± 2.100–2.300 kkal/kg bahan kering
Kandungan protein yang cukup tinggi menjadikannya sumber energi dan asam amino penting bagi ternak ruminansia. Daunnya yang lembut juga meningkatkan palatabilitas, atau tingkat kesukaan ternak terhadap pakan. Dalam uji coba di peternakan rakyat di Malang dan Boyolali, kambing yang diberi pakan utama rumput odot menunjukkan peningkatan bobot badan harian hingga 15–20% dibanding yang diberi rumput gajah biasa.
Selain itu, karena tekstur batang dan daun yang lebih lunak, tingkat kecernaan bahan kering rumput odot mencapai 65–70%, jauh di atas hijauan biasa yang berkisar 55–60%. Artinya, nutrisi dari rumput ini lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan ternak, menghasilkan konversi pakan yang efisien.
Manfaat Rumput Odot bagi Peternakan
Manfaat rumput odot bagi dunia peternakan sangat luas. Pertama, rumput ini menjadi alternatif utama pakan hijauan berkualitas tinggi. Dengan kandungan protein yang cukup, peternak dapat mengurangi penggunaan konsentrat mahal hingga 30–40%.Kedua, produktivitasnya tinggi. Dalam kondisi optimal, satu hektar lahan rumput odot dapat menghasilkan 200–300 ton hijauan segar per tahun, dengan masa panen pertama pada usia 40–50 hari dan panen berikutnya setiap 30–40 hari sekali.
Ketiga, ramah lingkungan. Rumput ini dapat tumbuh subur hanya dengan pupuk organik seperti kotoran ternak atau kompos, tanpa memerlukan pestisida atau bahan kimia berlebihan. Dengan demikian, siklus peternakan menjadi lebih berkelanjutan—limbah ternak menjadi pupuk, dan pupuk organik kembali menyuburkan lahan hijauan.
Selain untuk pakan segar, rumput odot juga dapat diolah menjadi silase atau pakan fermentasi, yang berguna saat musim kemarau ketika hijauan sulit didapat.
Teknik Budidaya Rumput Odot
Budidaya rumput odot relatif mudah dilakukan, bahkan oleh peternak kecil sekalipun.Pemilihan lahan:
Rumput odot tumbuh baik di tanah subur dengan drainase baik dan pH netral (5,5–7). Lahan dengan paparan sinar matahari penuh sangat ideal untuk pertumbuhannya.
Perbanyakan bibit:
Rumput ini diperbanyak menggunakan stek batang berukuran 3–4 ruas. Stek ditanam dengan posisi miring dan kedalaman 5–10 cm, jarak antar tanaman 50x50 cm.
Pemupukan dan perawatan:
Pupuk dasar dapat menggunakan pupuk kandang 10–20 ton per hektar. Pemupukan susulan dapat dilakukan dengan NPK ringan setiap dua bulan. Penyiangan dilakukan secara berkala agar rumput tidak kalah bersaing dengan gulma.
Panen:
Panen pertama dapat dilakukan setelah 40–50 hari, tergantung kesuburan lahan. Pemotongan dilakukan sekitar 5 cm di atas permukaan tanah untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Setelah panen pertama, rumput dapat dipanen rutin setiap 30–40 hari sekali.
Prospek Ekonomi dan Potensi Usaha
Secara ekonomi, rumput odot memiliki prospek menjanjikan. Permintaan bibit dan hijauan terus meningkat seiring bertambahnya populasi ternak di Indonesia.Dalam satu hektar lahan, petani bisa memperoleh hasil 200–300 ton hijauan per tahun. Jika diasumsikan harga jual hijauan segar sekitar Rp300 per kilogram, potensi pendapatan kotor bisa mencapai Rp60–90 juta per tahun. Dengan biaya operasional yang relatif rendah, margin keuntungan bersih bisa menembus 40–50%.
Selain dijual sebagai pakan, peluang bisnis lain muncul dari penjualan bibit rumput odot unggul. Harga bibit stek odot berkisar antara Rp250–500 per batang, dengan kebutuhan tanam sekitar 40.000–50.000 batang per hektar. Artinya, petani pembibit juga bisa memperoleh pendapatan signifikan dari usaha ini.
Rumput odot juga berperan dalam ketahanan pakan nasional. Dalam konteks ekonomi berkelanjutan, kemandirian pakan lokal akan membantu peternak terhindar dari fluktuasi harga pakan impor, terutama jagung dan bungkil kedelai.
Tantangan dan Solusi
Meskipun memiliki banyak keunggulan, budidaya rumput odot tidak lepas dari tantangan. Produktivitasnya bisa menurun jika pemeliharaan tidak konsisten, terutama jika panen dilakukan terlalu dini atau terlalu tinggi dari permukaan tanah.Masalah lain adalah kebutuhan lahan yang cukup luas, sehingga kurang ideal untuk peternak dengan lahan terbatas di perkotaan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan menanam odot dalam sistem vertikultur atau polybag untuk skala kecil.
Selain itu, untuk menjaga produktivitas jangka panjang, petani disarankan melakukan rotasi lahan dan menambahkan pupuk organik secara berkala. Penyuluh pertanian juga berperan penting dalam memberikan pelatihan tentang teknik panen, penyimpanan, dan fermentasi hijauan agar kualitas pakan tetap optimal.
Kesimpulan
Rumput odot adalah contoh nyata inovasi sederhana yang membawa dampak besar bagi dunia peternakan. Dengan karakter tumbuh cepat, kandungan nutrisi tinggi, dan kemudahan budidaya, tanaman ini menjadi pilihan utama peternak dalam memenuhi kebutuhan hijauan sepanjang tahun.Dalam konteks pertanian berkelanjutan, rumput odot bukan sekadar pakan ternak—ia adalah bagian dari sistem ekologi yang mendukung sirkulasi nutrisi alami antara tanaman, tanah, dan ternak. Dengan dukungan riset lanjutan, edukasi petani, dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada ketahanan pakan lokal, rumput odot berpotensi menjadi “pahlawan hijau” bagi peternakan Indonesia masa depan.

0 Komentar