![]() |
| Belangkas - Ikidangbang |
Menyelami Jejak Fosil Hidup dari Laut
Di antara riak ombak yang menyentuh pesisir Nusantara, tersimpan kisah makhluk purba yang seolah menolak punah oleh waktu. Ia bernama belangkas, hewan laut yang bentuknya menyerupai tapal kuda dan tampak seperti sisa zaman dinosaurus. Sudah lebih dari 450 juta tahun belangkas bertahan di muka bumi—jauh sebelum munculnya manusia, bahkan sebelum dinosaurus menguasai daratan.Julukan “fosil hidup” bukanlah kiasan belaka. Belangkas benar-benar mewarisi bentuk dan perilaku yang hampir tidak berubah sejak masa purba. Di beberapa daerah pesisir Indonesia seperti Kalimantan, Jawa, dan Sumatra, keberadaannya masih bisa dijumpai, meski semakin langka. Bagi sebagian masyarakat pesisir, belangkas bukan hanya makhluk laut biasa, tetapi juga simbol kesetiaan dan kebersamaan yang tak lekang oleh zaman.
Mengenal Belangkas: Ciri, Habitat, dan Klasifikasi Ilmiah
Secara ilmiah, belangkas dikenal dengan nama Tachypleus gigas, anggota dari keluarga Limulidae. Meski sering disebut “kepiting tapal kuda”, ia sejatinya bukan kepiting, melainkan kerabat jauh kalajengking dan laba-laba. Tubuhnya terlindungi oleh cangkang keras berbentuk tapal kuda dengan warna cokelat kehijauan, serta memiliki ekor panjang runcing yang disebut telson—alat bantu untuk membalikkan diri saat terbalik di pasir.Belangkas jantan berukuran lebih kecil daripada betina. Perbedaan lain tampak dari kait kecil di kaki jantan yang digunakan untuk memegang betina saat berenang atau bertelur. Mereka hidup di perairan dangkal, berlumpur, dan berpasir, terutama di daerah muara sungai dan pesisir tropis. Di Indonesia, populasi belangkas banyak ditemukan di pantai timur Sumatra, Kalimantan Timur, serta sepanjang pantai selatan Jawa.
Daur Hidup dan Peran Ekologis Belangkas
Belangkas memiliki daur hidup yang panjang, mencapai lebih dari dua dekade. Proses bertelur biasanya terjadi di malam hari saat bulan purnama. Betina naik ke pantai dangkal untuk meletakkan ribuan telur di dalam pasir, sementara jantan menemaninya di sisi tubuh—pemandangan yang sering dikaitkan dengan kisah cinta abadi.Setelah dua minggu, telur menetas menjadi larva yang mirip versi mini dari induknya. Mereka hidup di dasar laut, memakan cacing, moluska, dan bahan organik kecil yang membantu membersihkan ekosistem perairan. Dalam rantai makanan laut, belangkas memegang peran penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem pesisir, mengurai sisa organik dan menjaga keberlanjutan lingkungan laut.
Darah Biru yang Bernilai Tinggi: Fungsi Medis Belangkas
Salah satu keunikan paling luar biasa dari belangkas terletak pada warna darahnya yang biru. Warna itu berasal dari senyawa hemocyanin, pengganti hemoglobin pada manusia. Namun yang membuatnya istimewa bukan sekadar warna, melainkan kandungan LAL (Limulus Amebocyte Lysate) di dalamnya. Zat ini sangat peka terhadap racun bakteri endotoksin, sehingga digunakan untuk uji sterilitas vaksin, suntikan, dan alat medis di seluruh dunia.Setetes darah belangkas bisa bernilai ratusan dolar di pasar bioteknologi. Namun di balik kemajuan sains, muncul pula dilema etika. Proses pengambilan darah sering kali menyebabkan belangkas mati, terutama bila dilakukan secara massal. Karena itu, kini banyak ilmuwan mendorong metode pengambilan yang ramah konservasi, bahkan menciptakan alternatif sintetis yang meniru fungsi LAL tanpa harus mengorbankan makhluk purba ini.
![]() |
| Siklus Hidup Belangkas - Infografis |
Simbol Kesetiaan: Belangkas dalam Budaya Pesisir
Di banyak daerah pesisir Indonesia, belangkas tidak hanya dikenal sebagai fosil hidup, tetapi juga simbol kesetiaan cinta sejati. Masyarakat sering melihat pasangan belangkas yang berenang berdua: jantan menempel erat di punggung betina, seolah tak ingin berpisah. Dari sinilah lahir ungkapan “seperti belangkas” untuk menggambarkan pasangan yang selalu bersama, ke mana pun pergi.Dalam budaya pesisir Jawa dan Melayu, kisah ini berkembang menjadi legenda. Ada yang menafsirkannya sebagai lambang cinta abadi, ada pula yang mengingatkannya sebagai simbol keterikatan berlebihan—sebuah peringatan agar cinta tidak mengekang kebebasan.
Di sisi lain, nelayan pesisir sering menganggap belangkas sebagai penanda keberuntungan laut. Bila belangkas muncul di pantai, artinya musim tangkap akan baik. Sementara bagi generasi muda pesisir, cerita tentang belangkas menjadi jembatan untuk memahami filosofi hidup: setia, seimbang, dan saling menjaga.
Ancaman dan Upaya Konservasi Belangkas di Indonesia
Meski penuh makna dan manfaat, keberadaan belangkas kini menghadapi ancaman serius. Alih fungsi pesisir menjadi kawasan industri, perburuan liar, dan pencemaran laut menyebabkan populasi belangkas menurun drastis. Banyak yang tertangkap tanpa sengaja oleh nelayan, atau dijual untuk konsumsi dan penelitian tanpa izin konservasi.Beberapa lembaga konservasi dan universitas di Indonesia telah memulai langkah nyata. Di Kalimantan Timur, program “Belangkas Kembali ke Alam” digagas oleh peneliti muda yang melepasliarkan belangkas hasil tangkapan ke habitat aslinya. Di pesisir selatan Jawa, komunitas nelayan bersama mahasiswa biologi membentuk kawasan Edukasi Konservasi Belangkas, mengajak anak-anak sekolah untuk belajar langsung mengenal hewan purba ini.
Pemerintah daerah juga mulai melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian. Melalui pendekatan ekowisata, keberadaan belangkas dapat menjadi daya tarik wisata edukatif tanpa merusak ekosistemnya. Prinsipnya sederhana: semakin banyak orang mengenal belangkas, semakin besar peluang untuk melindunginya.
Menjaga Warisan Purba dari Laut Nusantara
Belangkas bukan sekadar hewan laut purba; ia adalah penjaga kisah tentang ketahanan, kesetiaan, dan keseimbangan hidup. Dalam darah birunya, tersimpan rahasia ilmiah yang menolong manusia. Dalam kebersamaannya, terpatri pesan moral yang menuntun manusia untuk saling menjaga. Ia mengingatkan kita bahwa kehidupan bukan tentang siapa yang paling kuat, melainkan siapa yang mampu bertahan dengan harmoni.Sebagai bangsa maritim, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga makhluk laut yang telah menjadi bagian dari peradaban bumi sejak zaman purba ini. Setiap langkah kecil—dari menjaga kebersihan pantai hingga mengenalkan belangkas kepada anak-anak sekolah—adalah bentuk cinta terhadap warisan alam.
Belangkas mungkin diam dan lambat, tapi kehadirannya berbicara lantang: tentang kesetiaan yang abadi, dan tentang hubungan manusia dengan laut yang tak boleh terputus.


0 Komentar