Burung Bubut Jawa, Menanti Kepunahan di Habitatnya

img - wikipedia

Jika anda pernah melewati area persawahan, ataupun perkebunan, boleh jadi anda akan menemui jenis burung yang satu ini. Karena salah satu habitatnya adalah area persawahan maupun perkebunan. Sayangnya, di Desa Kidangbang sendiri populasi burung ini sudah sangat kritis akibat kerusakan habitat serta perburuan liar. Meski secara hukum burung ini sudah masuk dalam kategori dilindungi.


Status burung Greater coucal atau Bubut besar dalam hal perlindungan tidak sama di setiap wilayah atau negara. Di Indonesia, Bubut besar termasuk burung yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/Setjen/KUM.1/2/2019 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi yang secara resmi diumumkan pada tanggal 25 Februari 2019.


Perlindungan ini diberikan karena populasi burung ini menurun akibat hilangnya habitat alaminya, perburuan, dan perdagangan ilegal. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap peraturan perlindungan ini dapat dikenakan sanksi hukum yang tegas.


Morfologi Bubut Besar (Greater coucal)

Bubut besar (Greater coucal) atau Centropus sinensis adalah burung berukuran sedang yang memiliki tubuh yang agak panjang dan ramping dengan panjang sekitar 48-60 cm. Burung ini memiliki warna hitam metalik pada tubuh bagian atas dan ekor dengan perut dan dada berwarna coklat kemerahan. Burung jantan memiliki iris mata berwarna merah, sedangkan burung betina memiliki iris mata berwarna coklat. Burung ini juga memiliki kaki dan paruh yang kuat.


Persebaran Bubut Besar

Bubut besar dapat ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara, termasuk di Indonesia. Habitatnya meliputi hutan, padang rumput, sawah, dan daerah terbuka lainnya. Burung ini juga dapat ditemukan di kebun-kebun dan perkebunan.


Siklus Kembang Biak Bubut Besar

Bubut besar adalah burung yang bersifat monogami dan biasanya berkembang biak pada musim hujan. Burung jantan akan membangun sarang dari ranting-ranting dan daun-daun di semak-semak atau pohon rendah. Burung betina biasanya akan bertelur sebanyak 2-5 butir dalam satu masa bertelur. Telur-telur tersebut akan menetas setelah sekitar 18 hari dan anak burung akan menetas dengan bulu-bulu kecoklatan dan memiliki paruh yang kecil. Anak burung akan terus dilindungi oleh kedua orang tua dan diberikan makanan hingga siap untuk meninggalkan sarang dan mandiri pada usia sekitar 20-25 hari setelah menetas.


Konservasi Bubut Besar

Untuk melestarikan populasi Greater coucal atau Bubut besar di alam liar, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, di antaranya:

  1. Mempertahankan habitat alaminya. Konservasi habitat alami burung ini, seperti hutan, lahan basah, dan padang rumput, sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak atau terganggu, dan mencegah penggundulan hutan dan perusakan habitat lainnya.
  2. Mengurangi perburuan dan perdagangan ilegal. Kegiatan perburuan dan perdagangan ilegal sangat berbahaya bagi populasi burung ini. Masyarakat perlu dilibatkan untuk menyadari pentingnya menjaga keberadaan burung ini, dan juga mengawasi dan melaporkan praktik perburuan dan perdagangan ilegal yang terjadi.
  3. Menjaga keberlangsungan kawasan konservasi. Kawasan konservasi dapat menjadi sarana penting dalam melestarikan populasi burung ini. Upaya-upaya perawatan dan pemantauan di kawasan konservasi, termasuk pemasangan sarana penunjang seperti sarang buatan, dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan reproduksi burung ini.
  4. Edukasi dan sosialisasi. Masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya pelestarian ini, agar mereka memiliki pengetahuan dan kesadaran yang memadai tentang perlindungan satwa liar dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan edukasi dan sosialisasi yang tepat, masyarakat akan semakin memahami pentingnya menjaga keberadaan Bubut besar serta menghargai lingkungan hidup.


Dengan melakukan upaya-upaya pelestarian seperti di atas, diharapkan populasi burung Greater coucal atau Bubut besar di alam liar dapat terjaga dan meningkat, sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi ekosistem dan keberlangsungan kehidupan manusia.

img - mongabay

Habitat Alami Greater Coucal

Habitat terbaik bagi Greater coucal atau Bubut besar adalah area dengan vegetasi yang cukup tinggi dan tebal, seperti hutan tropis yang lebat atau lahan basah dengan vegetasi yang tinggi. Bubut besar biasanya ditemukan di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, termasuk di Indonesia, Filipina, Thailand, India, dan Sri Lanka.


Bubut besar merupakan burung penghuni pepohonan dan daerah yang lebat, termasuk hutan primer dan sekunder. Mereka juga sering ditemukan di lahan basah seperti rawa-rawa, persawahan, dan lahan pertanian yang memiliki vegetasi yang cukup tebal. Oleh karena itu, kawasan hutan dan lahan basah merupakan habitat yang paling cocok bagi burung ini.


Selain itu, Bubut besar juga sering ditemukan di daerah dengan elevasi yang cukup rendah, yaitu antara 0-1500 mdpl. Mereka juga suka berkeliaran di sekitar air, seperti sungai, danau, atau kolam. Oleh karena itu, daerah dengan ketersediaan air yang cukup juga menjadi salah satu kriteria penting dalam mencari habitat yang cocok bagi Bubut besar.


Dalam upaya konservasi dan pelestarian Bubut besar, penting untuk menjaga dan memperbaiki kondisi habitat alaminya. Hal ini dilakukan dengan cara memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak, mencegah penggundulan hutan dan perusakan habitat lainnya, dan mengembangkan kawasan konservasi yang dapat menjadi sarana penting dalam melestarikan populasi burung ini.


Jenis Bubut Besar di Indonsia

Bubut besar atau Greater coucal merupakan burung yang cukup penting dalam ekosistem karena berperan sebagai pemakan serangga dan hewan kecil lainnya, serta sebagai pemangsa bagi beberapa jenis serangga dan hewan lainnya. Selain itu, Bubut besar juga membantu dalam penyerbukan bunga-bunga tertentu dan mempertahankan keseimbangan lingkungan.


Namun, populasi Bubut besar di Indonesia saat ini semakin terancam oleh berbagai ancaman, seperti perusakan habitat, perburuan, dan perdagangan ilegal. Oleh karena itu, perlindungan dan konservasi Bubut besar di Indonesia menjadi sangat penting untuk memastikan keberlangsungan populasi burung ini di masa depan.

img - kehati

Upaya konservasi Bubut besar di Indonesia dapat dilakukan dengan cara memperkuat pengawasan dan penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal burung, mendorong peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keberadaan Bubut besar, dan melaksanakan program-program pelestarian habitat alami di berbagai kawasan.


Selain itu, kebijakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan perluasan kawasan konservasi juga perlu ditingkatkan guna melindungi dan melestarikan habitat alami Bubut besar. Dengan cara ini, diharapkan populasi Bubut besar di Indonesia dapat terus bertahan dan tetap berperan penting dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.


Di Indonesia, terdapat dua jenis Greater coucal atau Bubut besar yang sering dijumpai, yaitu:

  1. Bubut besar Jawa (Centropus nigrorufus); Bubut besar Jawa memiliki ciri-ciri bulu berwarna hitam kecoklatan dan memiliki bulu-bulu merah di sekitar matanya. Burung ini ditemukan di pulau Jawa, Bali, dan Lombok.
  2. Bubut besar Sunda (Centropus sinensis); Bubut besar Sunda memiliki ciri-ciri bulu berwarna hitam dengan bulu-bulu merah di sekitar matanya dan bulu coklat pada bagian lehernya. Burung ini ditemukan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.


Kedua jenis Bubut besar ini memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda. Namun, keduanya merupakan bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan agar tetap dapat ditemukan di alam liar.


0 Komentar