Jepret Swargo : Hidupkan Budaya Kampung Ngawonggo Lewat Lensa Fotografer Malang Raya

Peserta Jepret Swargo Bersama Tim Artureborn
Suasana berbeda tampak di kawasan Situs Patirtaan Ngawonggo, Kabupaten Malang, Sabtu (31/5). Puluhan fotografer dari berbagai komunitas fotografi se-Malang Raya hadir dan meramaikan kegiatan hunting foto bertajuk “Jepret Swargo”, sebuah kegiatan yang menjadi pre-event dari event “SWARGO” yang akan digelar pada 22 Juni 2025 mendatang.

Kegiatan ini dirancang untuk menggugah minat masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap potensi budaya dan warisan lokal yang dimiliki Kampoeng Ngawonggo. Lewat lensa para pegiat fotografi, keindahan, keunikan, dan kekayaan aktivitas masyarakat setempat coba diabadikan dan disebarluaskan kepada publik yang lebih luas.

Mohammad Rizki, selaku Project Manager pada event ini menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini bukan sekadar untuk berburu gambar, tetapi juga sebagai ajakan untuk lebih peduli dan terlibat dalam pelestarian budaya lokal. “Melalui Jepret Swargo, kami ingin mengajak masyarakat untuk menangkap keunikan budaya Kampung Ngawonggo lewat lensa kamera. Ini juga menjadi cara kami membangun keterlibatan audiens terhadap budaya lokal dan membangun antusiasme menuju main event mendatang,” ujarnya.

Peserta di salah satu spot photo
Dalam pelaksanaannya, Jepret Swargo menghadirkan empat spot utama yang menjadi pusat perhatian para peserta. Spot pertama menampilkan suasana pasar tradisional khas jawa jadul, lengkap dengan jajanan tradisional, sayur mayur, buah, membatik hingga kerajinan tangan karya warga setempat. Tidak hanya menyajikan visual yang menarik, area ini juga menghadirkan nuansa kehangatan sosial dan ekonomi pada zaman dulu.

Dominikus salah satu peserta menyatakan keseruannya saat mengeksplorasi area pasar. “Spot pasar menjadi favorit karena menghadirkan tiga model dengan berbagai properti, sehingga kami bisa mengeksplorasi banyak hal,” ujarnya.

Spot Pasar Jepret Swargo
Dominikus juga menyampaikan peserta juga berkontribusi aktif dalam menciptakan suasana yang lebih hidup selama kegiatan berlangsung. "Konsep acara yang disiapkan panitia sebenarnya sudah bagus. Namun, teman-teman fotografer juga turut memberi ide spontan di lokasi agar suasana lebih ramai dan interaktif. Komunikasi antara pedagang dan para fotografer pun terasa hidup dan menyenangkan,” ungkapnya.

Keseruan acara ini juga dirasakan oleh Abdurahman yang hadir. Ia mengaku sangat menikmati kegiatan hunting foto, terutama karena sesuai dengan hobinya dalam dunia fotografi. “Event ini seru sekali! Apalagi saya memang hobi memotret dan hunting foto. Ini merupakan kali kedua saya mengikuti kegiatan hunting bersama komunitas dan teman-teman fotografer. Kalau nanti ada event seperti ini lagi, saya pasti akan ikut lagi,” ungkapnya dengan antusias.

Spot Pasar Jepret Swargo
Hal ini juga selaras dengan Mohammad Rizki, selaku Project Manager pada event ini yang mengungkapkan antusias peserta yang luar biasa untuk mendapatkan ciri khas karya mereka masing-masing. "Peserta begitu antusias, bahkan mereka sampai mengusulkan perubahan set secara spontan. Mereka serius mengeksplorasi sudut-sudut foto, sampai rela mengambil gambar dari balik daun atau bangunan hanya demi mendapatkan ciri khas karya mereka,” ungkapnya.

Selain berburu gambar, peserta juga diajak menyelami nilai-nilai historis melalui sarasehan budaya bersama Ketua RT 04 dan pengelola Situs Patirtaan Ngawonggo. Dalam sesi ini, peserta mendapatkan penjelasan langsung mengenai sejarah awal mula Situs Patirtaan Ngawonggo.

Cak Yasin - Pengelola Situs Patirtaan (tengah) bersama Peserta
Jepret Swargo merupakan bentuk kolaborasi antara komunitas kreatif dan pelestari budaya lokal, yang bertujuan untuk memperkuat narasi tentang pentingnya mengenali akar budaya sendiri. Kegiatan ini juga menjadi salah satu upaya membangun keterlibatan publik menjelang pelaksanaan event utama SWARGO, yang akan mengangkat pesona Kampoeng Ngawonggo era 1850–1990. Acara ini menyuguhkan pasar hasil bumi, jajanan, alat musik, batik, permainan tradisional, serta workshop membatik, aksara Jawa, musik tradisional, dan kunjungan situs bersejarah.

Mohammad Rizki, selaku Project Manager juga menyampaikan harapan kedepannya untuk kegiatan Jepret Swargo yang diharapkan menjadi titik awal dari rangkaian budaya yang lebih besar dan berkelanjutan. “Harapannya, Jepret Swargo ini bisa menjadi titik awal dari rangkaian kegiatan budaya yang lebih besar dan berkelanjutan. Melihat antusiasme peserta kemarin, kami yakin main event nanti akan lebih meriah dan ramai. Ke depan, kami berharap event ini bisa menjadi gerbang awal kolaborasi antara kami tim PR, komunitas kreatif, dan para penggiat budaya lokal, agar Kampung Ngawonggo semakin dikenal dan diapresiasi, tidak hanya sebagai dari tomboan saja, tapi juga sebagai pusat kegiatan budaya yang hidup,” ujarnya.

Peserta Jepret Swargo Bersama Pengelola dan Talent
Antusiasme peserta yang tinggi dalam mengikuti kegiatan ini menjadi bukti bahwa fotografi dapat menjadi medium yang efektif untuk menghidupkan dan menyampaikan kembali cerita-cerita lokal kepada generasi kini dan mendatang. Melalui gambar, sejarah dan tradisi tidak hanya terdokumentasi, tetapi juga bisa menjadi inspirasi.

Sebagai penutup, kegiatan ini diharapkan bisa menjadi awal dari berbagai kolaborasi kreatif lainnya yang melibatkan komunitas, pelaku budaya, dan masyarakat luas demi menjaga keberlanjutan warisan budaya daerah.

---------------
Credit Photo : Tim Artureborn
Teks : Tim Artureborn
Instagram : @artureborn

0 Komentar